Hikmah Kehidupan
1. Hidup ini adalah perjuangan. Orang sukses, dia
bersikap seperti prajurit yang hendak terjun ke medan perang. Orang
gagal, dia bersikap seperti prajurit yang sedang memunguti harta
rampasan perang, sambil berjingkrak-jingkrak kegirangan.
[[Catatan: Orang sukses selalu ingin memberi, orang gagal selalu
meminta. Orang sukses mau bersabar, orang gagal tidak tahan menderita.
Orang sukses tersenyum saat bahagia, orang gagal tertawa terbahak-bahak
saat mendapat kesenangan. Orang sukses bersikap teguh saat menghadapi
ujian, orang gagal menangis menjerit-jerit saat menghadapi masalah.
Orang sukses berani menghadapi musuh, orang gagal lari paling duluan
sebelum yang lain. Orang sukses mengukur usaha sebagai proses, orang
gagal mengukur sebagai hasil. Orang sukses memahami makna “angka nol”,
orang gagal selalu terobsesi dengan “poin 100”. Begitu jelas beda antara
orang sukses dengan orang gagal. Tapi di jaman modern, orang gagal
lebih pintar memoles penampilan, sehingga manusia banyak berkerumun di
sekitarnya. Sementara orang sukses susah diajak kompromi dalam soal
penampilan, sebab hal itu memang bukan ukuran. Seperti sudah dikatakan,
“Hidup adalah perjuangan.” Iya kan]].
2. Setiap manusia sanggup berkorban. Jika seseorang tidak berkorban untuk agamanya, tentu dia akan berkorban untuk selainnya
[[Catatan: Itu pasti, seseorang akan berkorban, untuk siapapun. Ada
yang berkorban untuk kekasihnya, anak-isterinya, sahabat-sahabatnya,
kedua orangtuanya, kakak-adiknya, kelompoknya, klub-nya, dan sebagainya.
Jika kita tidak berkorban kepada agama, pasti akan berkorban kepada
yang lain. Mininal berkorban untuk diri sendiri. Pada akhirnya nanti,
akan tampak seberapa besar pengorbanan seseorang. Dan itulah yang
dihargai di Akhirat nanti. Kalau pengorbanannya paling besar untuk
isterinya, kelak “pahalanya” akan sampai ke isterinya. Kalau pengorbanan
besar untuk “game komputer”-nya, nanti pahalanya juga untuknya. Dan
seterusnya. Kita harus memiliki reputasi pengorbanan untuk agama ini,
lalu berharap Allah akan menolong kita saat berkorban untuk isteri,
anak-anak, orangtua, keluarga, para shahabat, komunitas, dan sebagainya.
Tolonglah agamamu, agar Allah menolong kehidupanmu dan siapapun yang
engkau ridhai!!!]].
3. Jadilah pengikut kebenaran, dan jangan berharap kebenaran akan mengikuti diri Anda.
[[Catatan: Kebenaran itu memiliki tabiatnya sendiri. Ia seperti rel
yang terbentang lurus, menuju suatu titik (keridhaan Allah). Sedangkan
kita adalah para penumpang kereta yang akan melintasi rel tersebut.
Jangan pernah bermimpi, kita akan mampu menentukan arah rel,
mengubah-ubah haluan, atau membentuk rute sendiri. Kita ini dilahirkan
ketika rel sudah jadi, sudah ada, lurus memanjang. Jadi, dalam hidup
ini, ikutilah rel yang lurus itu, ikutilah kebenaran. Jangan pernah
bermimpi, rel itu akan mengikuti cara Anda berjalan. Dan jangan pula
bermimpi (yang lebih parah), Anda akan membentuk rel sendiri, sesuai
selera Anda. Saudaraku, bersegeralah mengikuti kebenaran, jangan
memaksakan agar kebenaran mengikuti langkah-langkah kaki Anda]].
4. Sebagian orang merasa dirinya “sangat berjasa” pada
Islam. Padahal sejatinya, Islam-lah yang telah berjasa mengangkat
dirinya menjadi mulia.
[[Catatan: Seringkali muncul kesombongan dalam hati kita. Ketika
seseorang telah mengerahkan tenaga maksimal, pikiran diperas, keringat
berlelehan, di jalan Allah. Di suatu titik, dia tergoda untuk “menilai”
amal-amal yang telah dia lakukan. “Oh, betapa besar jasaku. Tanpa
pengorbananku, Islam tidak akan maju seperti ini. Ya Allah, terimakasih
Engkau telah memilihku menjadi orang penting. Tanpa tanganku, ideku,
perjuanganku, mustahil Ummat Islam ini akan maju seperti ini.” Betapa,
dalam perjuangan ini, posisi kita hanya penyedia kavling
belaka. Kita menyediakan tempat, menyediakan fasilitas, menyediakan
peralatan, lalu Allah membangun di atas kavling itu kebaikan-kebaikan
amal. Amal itu sendiri akhirnya untuk kita, baiknya untuk kita,
pahalanya juga untuk kita. Padahal kita ini hanya “penyedia kavling”
belaka. Allah-lah yang menolong kita beramal-amal baik yang
diridhai-Nya. Tidak pantas ada kesombongan dalam amal. Bukan kita yang
mulia, tetapi Islam-lah yang membuat kita mulia. Andaikan bukan karena
Islam yang kita bela, tentulah kita akan hina, atau akan menjadi
manusia-manusia bingung yang menyembah hedonisme untuk menyenangkan diri
yang gelisah]].
5. Siapakah manusia yang ditinggalkan? Siapakah dia? Apakah
dia manusia yang kesepian, tidak memiliki teman, hidup di pedalaman,
tersisih dari pergaulan, diabaikan manusia? Tidak, wahai saudaraku.
Manusia yang ditinggalkan adalah mereka yang sibuk dengan urusannya
sendiri, lalu dia mengabaikan urusan Islam, kemudian Allah pun
meninggalkan dirinya.
[[Catatan: Alangkah malangnya manusia yang tidak diberi jalan untuk
menolong agama Allah. Dia memiliki harta, tapi sangat berat mengeluarkan
infak. Dia memiliki gedung-gedung, rumah-rumah megah, fasilitas luar
biasa, tetapi disana sama sekali tidak pernah terdengar agama Allah
ditolong di dalamnya. Dia memiliki pangkat tinggi, jabatan tinggi,
karier bagus, profesi mengagumkan, tetapi sayang semua itu sama sekali
tidak dibutuhkan oleh Allah untuk menolong agama-Nya. Allah tidak
meminta bantuan dia untuk menolong agama-Nya. Begitu pula, dia memiliki
ilmu tinggi, memiliki skill profesional, memiliki wawasan luas, memiliki
jaringan luas, tetapi sayang Allah tidak butuh dengan apa yang dia
miliki. Akhi wa Ukhti, dekatilah Allah dengan apapun yang mengundang
ridha-Nya. Jangan sampai engkau ditinggalkan oleh-Nya, tidak disertakan
dalam perjuangan agama-Nya]].
6. Orang berilmu, dia tahu definisi kehidupan dan
sifat-sifatnya. Orang pintar, dia bisa membedakan kehidupan dan
kematian. Orang cerdas, dia bisa memilah mana yang penting dan mana yang
lebih penting. Adapun orang yang bijak, dia memahami bahwa ‘setiap awal
pasti ada akhirnya’, ‘setiap pangkal pasti ada ujungnya’. Lalu dimana
posisi kita?
[[Catatan: Jadilah salah satu dari posisi-posisi kebaikan. Jadilah
orang berilmu yang beramal dengan ilmunya. Jadilah orang beramal yang
bisa membedakan amal penting dan amal yang bisa ditunda. Jadilah orang
yang istiqamah dalam amal kebaikan. Dan akhirnya, jadilah manusia yang
banyak berbekal untuk menuju kepada-Nya. Bagaimanapun, dimanapun, apapun
posisi kita, kematian akan menghampiri, lambat atau cepat.
Berbekal-bekallah menyambut hari yang tak terduga]].
7. Banyak anak-anak muda bersikap angkuh dengan segala
kebebasan yang dimilikinya. Kebut-kebutan, maniak musik rock, memakai
simbol-simbol setan, hobi pornografi, berkata-kata mesum, jadi suporter
‘bonek’, terlibat seks bebas, minuman keras, narkoba, dsb. Mereka
menyangka, semua itu adalah “hakikat kehidupan sejati”. Padahal mereka
hanya tertipu.
[[Catatan: Usia manusia bertambah. Tidak mungkin manusia akan muda
selamanya. Lambat atau cepat, seseorang akan menjadi tua. Ketika banyak
anak muda menghabiskan waktunya dalam kebebasan ekspressi tanpa kendali,
pada dasarnya mereka hanya mempersiapkan “PENJARA” untuk masa depannya
sendiri. Mereka akan terkurung dalam penjara kehidupan, penuh
kesempitan, penuh konflik, diremehkan, bahkan diabaikan. Mengapa? Sebab
mereka telah “menghabiskan madunya” saat masih muda. Maka nasehati
saudara-saudaramu, agar tidak terjebak dalam penjara yang akan mengurung
diri mereka sendiri, di kemudian hari]].
8. Di jaman modern ini, banyak orang-orang muda tenggelam
dalam pemujaan seks. Mereka tampil dalam gambar porno, video mesum,
eksperimen seks, dan lain-lain. Banyak orang mengira, mereka berbahagia.
Padahal sejatinya, mereka sakit.
[[Catatan: Banyak manusia putus-asa dengan hidupnya. Mereka merasa
hancur, merasa berantakan. Lalu mereka terjerumus dalam propaganda,
untuk menghancurkan orang lain. Slogan mereka, “Kalau kami hancur, maka
mereka juga harus hancur! Kita sama-sama hancur!” Orang-orang inilah
yang meramaikan dunia pornografi selama ini, apapun bentuknya. Apakah
ada kebahagiaan dalam hidup mereka? NOL BESAR, tak ada sama sekali.
Justru, mereka menyembunyikan berbagai derita hidup, yang tak mampu kita
lihat dari dunia kita. Nun disana, mereka terjebak dalam “bisnis
daging”. Maksudnya, hidup mereka dihargai sebagaimana harga daging di
pasar. Tidak ada penghormatan, kesantunan, keramahan, empati, dan
sebagainya. Semuanya keras, perih, tertindas, tak berdaya. Sangat
kasihan, seandainya kita tahu keadaan sebenarnya!]].
9. Jika seorang wanita modern ditanya, “Apa yang dia
inginkan dalam hidup ini?” Maka dia akan menjawab: Kebebasan tanpa
batasan, materi yang melimpah ruah, pujian yang tidak berkesudahan,
perhiasan, kemewahan, serta kenikmatan “cinta” dari laki-laki superhero.
[[Catatan: Jika Anda termasuk wanita yang bertipe seperti di atas,
bersiap-siaplah untuk menyambut kehidupan suram di Akhirat nanti.
Berlatihlah kesabaran sejak sekarang untuk menghadapi kobaran siksa
neraka. Sesekali, belajarlah memegang api, sebelum nanti berenang-renang
di atas api. Mengapa dikatakan demikian? Sebab, semua keinginan seperti
di atas kerap kali menjadi sebab durhakanya seorang wanita. Rata-rata
wanita menjadi durhaka karena impian-impian seperti itu. Bahkan, syurga
bagi kaum wanita akan dicapai dengan kesabaran, lapang hati, syukur
kepada Allah, menjaga kehormatan, serta tekun ibadah kepada-Nya]].
10. Salah satu kunci sukses perjuangan manusia, adalah:
Berani memilih! Banyak orang gagal, bukan karena tidak bekerja keras,
tetapi karena tidak ada satu pun fokus yang dia kejar.
[[Catatan: Sebagai manusia biasa, kita biasanya ingin meraih
semuanya. Misalnya, seorang pemuda ingin sukses kuliah, ingin menjadi
olah-ragawan, ingin menjadi facebookers populer, ingin traveling ke
berbagai tempat eksotik, ingin aktif di organisasi, ingin ikut
demonstrasi di barisan terdepan, ingin berceramah sangat mengharukan,
sehingga semua mata meneteskan air-mata, dan berbagai impian lain. Semua
ini ingin didapat dalam satu masa sekaligus. Pemuda itu pun harus
bekerja “apa saja”, tanpa prioritas, tanpa skala, tanpa fokus.
Akibatnya, dia tidak memperoleh apapun dari semua impiannya, karena
usahanya mentah semua. Maka, jika ingin sukses, kita harus berani
memilih di antara impian-impian itu. Memilih ini membutuhkan kekuatan
jiwa untuk menerima sedikit, dan melepaskan keinginan-keinginan lain.
Cobalah saudaraku, maka engkau akan sukses, insya Allah]].
11. Cobaan berat sering menimpa orang-orang yang baru
bertaubat. Hal itu untuk menguji, apakah taubatnya benar-benar murni
atau hanya main-main saja?
[[Catatan: Setiap orang yang baru bertaubat, biasanya akan diberi
“uang muka”, berupa kegembiraan-kegembiraan sebagai sambutan atas
pertaubatan dia. Namun setelah itu, biasanya dia akan diberi cobaan
tertentu yang benar-benar menguji keimanannya. Kalau dia sanggup
melewati ujian itu dengan sabar, dia akan lolos dari ujian dan
benar-benar mendapatkan taubat yang murni. Namun, kalau dia gagal
melewati ujian dan merasa tidak sanggup hidup dalam taubat, dia akan
jatuh kembali ke posisi semula. Bisa jadi saat itu syaitan akan
menggodanya, sehingga menjadi lebih terjerumus dibandingkan sebelum saat
bertaubat.
Caranya bagaimana menghadapi godaan syaitan itu? Pertama, sadarilah bahwa cobaan untuk menguji niat taubat kita, apakah serius atau main-main, itu memang ada. Kedua,
kalau diukur-ukur, cobaan setelah taubat itu sebenarnya tidak berat.
Hanya yang membuatnya tampak berat, karena kita menghadapi bisikan syaitan
yang terus-menerus menggoda hati kita agar berhenti bertaubat. Kalau
kita sering mengulang-ulang bacaan Surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An
Naas, insya Allah bisikan syaitan itu bisa ditatasi. Ketiga,
kebebasan hidup setelah bertaubat sungguh jauh lebih nikmat daripada
“kebebasan” kita bergelimang dalam dosa. Bagaimanapun Allah mencintai
orang-orang yang bertaubat dan selalu mensucikan diri]].
12. Orang yang baik itu kalau berbuat salah, cepat mendapat
peringatan dari Allah, sehingga dirinya segera bertaubat. Sedangkan
orang jahat itu kalau berbuat salah, malah ditambah-tambah rizkinya,
agar dia semakin bergelimang dengan kesalahan.
[[Catatan: Banyak orang tertipu dengan rizki yang dia peroleh. Dia
menganggap bahwa bertambah rizki di sisinya dianggap sebagai kebaikan
murni. Padahal sebagian rizki itu justru merupakan fitnah bagi yang
bersangkutan. Jika seseorang bertambah shalih dan bertambah rizkinya,
bersyukurlah. Itu pertanda keberkahan. Namun harus hati-hati, seseorang
yang semakin terjerumus dosa, namun rizkinya malah semakin bertambah.
Rizki semacam itu merupakan fitnah yang kelak bisa menjadi bala’ yang
sangat menyakitkan. Banyak orang ‘kaya mendadak’ setelah masuk dunia
politik. Padahal mereka tidak menunaikan amanah perjuangan politik
Islam. Yang mungkar dibiarkan, yang Islami tidak dibela. Namun aneh,
rizki mereka kok semakin ‘kinclong’ ya? Nah, itulah yang tidak mau
dimengerti oleh orang-orang itu. Nanti, kalau sudah benar-benar piyek (hancur), barulah timbul kesadaran]].
13. Betapa manis penampilan wanita seksi, tetapi betapa pahit keadaan jiwanya.
[[Catatan: Hampir dipastikan, tanpa terkecuali, wanita yang
memperlihatkan keseksian diri di depan umum, mereka menarik mata
laki-laki. Ini sudah fithrah. Tetapi dapat dipastikan juga bahwa wanita
seperti itu memiliki jiwa-jiwa yang sakit, pahit, dan penuh masalah.
Ibaratnya, “Indah dalam pandangan mata. Namun pedih dalam interaksi
dengannya.” Sungguh, tidak ada yang bisa membantah, bahwa pemilik
penampilan seksi (selain di depan suaminya sendiri) adalah orang-orang
yang penuh masalah. Hanya masalah itu tidak tampak di mata kita.
Sedangkan mata kita cenderung fokus dengan penampilannya, tak mau
menjangkau “yang di balik” penampilan]].
14. Siapakah wanita yang tidak berkualitas? Mereka adalah
wanita yang ketika tidak memiliki kelebihan untuk ditunjukkan; mereka
lucuti tubuhnya untuk mencari perhatian.
[[Catatan: Itulah ciri termudah untuk memahami kualitas seorang
wanita. Tidak peduli, siapapun dirinya, sepintar apapun dia, setinggi
apapun sekolahnya, sefasih apapun bahasa Inggrisnya. Wanita yang tidak
berkualitas, akan menjadikan keseksian dirinya sebagai “alat tawar”
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu. Hanya masalahnya,
sebagian besar wanita jaman modern ini: tidak berkualitas!]].
15. Semua wanita itu menarik hati, tetapi semua wanita SAMA.
[[Catatan: Ini adalah sebuah prinsip besar yang patut kita ketahui.
Banyak manusia terjerumus karena godaan wanita. Kaum Yahudi sangat
pandai. Mereka memahami bahwa fitrah laki-laki selalu terpikat dengan
pesona wanita. Maka Yahudi menjadikan wanita sebagai komoditi untuk
merusak moral manusia. Lihatlah iklan, film, sinetron, artis, seniman,
kemasan produk, penjaga toko, staff kantor, teller bank, dll. selalu
memakai wanita dengan penampilan cantik dan pakaian seksi. Yahudi ingin
menempatkan wanita sebagai “ranjau-ranjau” untuk membongkar moral
manusia, dimanapun mereka berada. Banyak laki-laki terpikat, atau
terjerumus oleh “serbuan pesona wanita” ini. Padahal sejujurkan, kalau
mau berpikir logis dan lebih berwawasan, kaum wanita itu SAMA. Pusat
pesona, struktur, anatomi mereka sama belaka. Hanya “chasing”-nya yang
berbeda. Tetapi secara umum mereka sama. Oleh karena itu, Islam memberi
solusi berupa ISTERI. Boleh 2, 3, 4 isteri, atau cukup 1 saja. Solusi
ini menakjubkan, sebab ia memberi esensi sebenarnya. Andai manusia ingin
meraih kenikmatan dari 1000 wanita, hal itu sebenarnya SAMA saja dengan
mendapat nikmat dari 1 wanita saja. Semua wanita sama, hanya “chasing”
berbeda]].
16. Seorang atheis berkata, “Tuhan itu tidak ada.” Maka saya
katakan kepada orang itu sambil tersenyum, “Apa itu Tuhan? Dan apa itu
ada?”
[[Catatan: Kalimat di atas bukan dari saya sendiri, tapi dari Sir
Muhammad Iqbal, seorang penyair besar asal Pakistan. Beliau bekerja
puluhan tahun dalam dunia filsafat, menghasilkan karya-karya syair yang
dikagumi dunia internasional. Gelar “Sir” diberikan oleh Kerajaan
Inggris sebagai penghargaan atas dedikasi beliau dalam Sastra Inggris.
Maksud kalimat di atas, kurang lebih: Orang atheis tidak mempercayai
Allah (Tuhan), lebih karena mereka terlalu berpikir materialis. Segala
sesuatu diukur dengan materi. Padahal dalam kehidupan ini, baik materi maupun immateri keduanya eksis. Bahkan sisi immateri (keghaiban) jauh lebih eksis].
17. Seseorang belum disebut cerdas, sebelum memahami bahwa
Yahudi itu memang cerdas. Tetapi seseorang belum mencapai taraf
kebenaran, sebelum menyadari bahwa orang Mukmin itu lebih cerdas dari
Yahudi.
[[Catatan: Orang yang belum memahami bahwa Yahudi itu cerdas, karena
dia belum banyak membaca, belum banyak menyelidiki, dan mengapresiasi
karya-karya Yahudi dalam peradaban modern. Bahkan dia belum secara
gentle mengakui kecerasan orang lain secara obyektif. Wajar jika dia
belum disebut cerdas. Namun cerdas saja, belum cukup. Cerdas jika tidak
menyampaikan kepada KEBENARAN, apalah gunanya? Maka seseorang belum
disebut memahami kecerdasan hakiki, sebelum menyadari bahwa orang-orang
beriman (Mukmin) lebih cerdas dari Yahudi. Orang beriman mengerti
sepak-terjang Yahudi, misinya, konsep, skema, bahkan dampak yang akan
terjadi dari sepak terjang itu. Dari mana orang-orang beriman memahami
semua ini? Sebab mereka ditolong oleh Allah untuk memahami makar
musuh-musuhnya, dan diberitahu formula-formula untuk mengatasinya. Hanya
saja, formula-formula itu tidak selalu efektif bisa dijalankan, sebab
hanya didukung oleh kekuatan sporadis. Andai ada konsep negara yang 100 %
mendidikasikan dirinya untuk kemajuan Islam, tentu Ummat ini akan
menyaksikan pertunjukan kecerdasan oleh kaum Mukminin. Masya Allah, laa
haula wa laa quwwata illa billah]].
18. Seorang insan mengharapkan Allah bekerja dalam
skenarionya, sehingga setiap impian-impiannya akan tercapai sempurna.
Namun Allah Maha Tahu, Dia mengetahui seluruh sisi kehidupan insan itu.
Apa yang diberikan-Nya adalah yang terbaik menurut ilmu-Nya, meskipun ia
tampak kurang berharga di mata hamba-Nya. Andai Allah memberi secara
sempurna apa saja yang diminta hamba-Nya, tanpa mempedulikan sisi-sisi
kebaikan dari kehidupan hamba itu, maka bisa jadi ia akan menjadi
manusia miskin, lemah, dan terabaikan. Insan itu tidak tahu, sedangkan
Allah lebih tahu. Hadapilah kehidupanmu, sekalipun engkau selalu merasa
“kurang”. Berlatihlah mensyukuri nikmat, sebab syukur itu akan menjadi
pondasi kebahagiaanmu (bukan impian-impianmu yang tidak berkesudahan
itu).
19. Di suatu jaman, Ummat ini merasakan saat-saat “paceklik”
kemenangan. Begitu sulit merealisasikan kemenangan itu, sebab begitu
banyak hambatan menghadang di jalan, dari berbagai arah. Namun di masa
yang lain, kemenangan itu terasa “obralan”. Ia begitu deras menghampiri
Ummat ini, seperti gelombang air laut yang tidak kenal henti berdatangan
ke pantai. Suatu jaman Ummat dicoba dengan “paceklik”, di jaman berbeda
dicoba dengan “panen anugrah”. Di jaman manapun kita berada, seorang
Mukmin akan meyakini bahwa kemenangan itu semata dari Allah belaka,
bukan dari kekuatan tangannya.
[[Catatan: Kekalahan Ummat kadang membuat kita frustasi, sedangkan
kemenangan Ummat kadang membuat kita sombong. Sikap yang benar,
kekalahan akan dihadapi dengan shabar; sedang kemenangan akan dihadapi
dengan syukur. Shabar atau syukur akan sulit terealisasi jika kita tidak
meyakini, wa maa an nashru ill min ‘indillahil ‘azizil hakim,
dan pertolongan itu tidaklah datang melainkan dari sisi Allah yang Maha
Aziz dan Maha Hakim. Teguhkan keyakinan ini di hatimu saudaramu, maka
Allah akan menegakkan kemenangan dalam kehidupanmu. Insya Allah wa
amin]].
20. Suatu kaum yang malang, ialah mereka yang diperlihatkan
oleh Allah sebab-sebab kekalahan dirinya, namun mereka tidak ditolong
oleh Allah untuk mencapai kemenangan. Sedangkan kaum yang binasa, adalah
mereka yang tidak ditunjukkan sebab-sebab kekalahannya, dan tidak pula
ditolong untuk mencapai kemenangan. Adapun kaum yang berjaya, adalah
mereka yang diberitahu sebab-sebab kekalahannya, lalu ditolong untuk
merealisasikan sebab-sebab kemenangannya.
[[Catatan: Ummat Islam di Indonesia saat ini bisa dianggap termasuk
kaum yang malang. Kita tahu dan sadar tentang sebab-sebab kekalahan
kita, namun begitu sulitnya kita merealisasikan syarat-syarat mencapai
kemenangan. Hidayah ilmu telah ditunjukkan sedemikian banyaknya, namun hidayah taufiq
belum dikaruniakan kepada kita, sehingga dari masa ke masa, kita lebih
banyak bersabar menanti datangnya pertolongan Allah itu. Bagaimanapun, innallah ma’as shabirin, Allah senantiasa bersama hamba-hamba-Nya yang sabar]].
21. Musuh terbesar seorang manusia yang sedang berjuang
meraih sukses, seringkali tidak berasal dari manapun, tetapi dari
dirinya sendiri.
[[ Catatan: Setiap manusia memiliki hawa nafsu, nah hawa nafsu inilah
yang kerap menghambat perjalanan menuju tangga sukses. Hawa nafsu bukan
“nafsu” makan, minum, seks, dan lainnya. Hawa nafsu itu adalah dorongan
dalam diri untuk selalu menghindari kebaikan dan mendekati keburukan.
Hawa nafsu selalu ingin konfrontasi dengan kebaikan, dan mendukung penuh
keburukan. Maka itu dalam Al Qur’an disebutkan sebuah ayat yang
bunyinya, “Wa man khafa maqama Rabbihi wa nahan nafsa ‘anil hawa, fa innal jannata hiyal ma’wa”
(siapa yang takut dengan kedudukan Rabb-nya dan menahan hawa nafsunya,
maka tempat kembalinya adalah syurga). Maka berjuanglah untuk
menaklukkan dirimu sendiri, sebelum menaklukkan musuh-musuhmu! ]].
22. Berbuat salah itu mudah, tetapi meminta maaf atas
kesalahan tidaklah mudah. Meminta maaf itu biasa, tetapi berani memberi
maaf itu luar biasa. Memberi maaf itu hebat, tetapi mengakui kesalahan
diri lebih hebat. Mengakui kesalahan diri jelas istimewa, tetapi berani
mengakui kebaikan orang lain, itu lebih istimewa. Mengakui kelebihan
orang sungguh tidak mudah, tetapi lebih tidak mudah lagi mensyukuri
kebaikan orang, bahkan mendoakan orang-orang yang baik itu. …jika kita
belum mengerjakan salah satu dari kebaikan di atas, belum layak kita
disebut sebagai manusia yang berakhlak mulia. Semoga Allah selalu
menjadikan kita sebagai orang baik, sepanjang nafas di kandung badan.
Amin.
24. Tontonan seks liar hanyalah menyilaukan mata, menyiksa
telinga, dan membuat birahi bergejolak. Namun disana tidak ada nilai
berharga yang bisa diterima.
[[ Catatan: Kalau menyaksikan media-media pornografi, kita dibuat
seperti sangat tergiur menyaksikan semua tontonan itu -meskipun banyak
juga yang merasa sangat jijik-. Tetapi semua ketergiuran ini hanyalah tipuan mata belaka.
Anda tidak akan pernah mendapat kenikmatan sejati dengan mengagumi
tontonan itu. Kenikmatan sejati ada di diri isteri Anda yang didekati
dengan cara yang baik, dan menempuh cara yang baik pula. Hanya itu
potensi kesenangan seksual yang Allah sediakan bagi kita. Adapun
tontonan seks liar, hanya menipu mata belaka. Bahkan para pelaku
perbuatan mesum itu, mereka sama sekali tidak mendapatkan impian yang
mereka inginkan. Tidak mungkin, Allah akan memberikan kepuasan kepada
siapa yang menempuh cara salah! Tidak mungkin! Nah, disinilah banyak
generasi muda tertipu oleh media-media pornografi ]].
25. Kenikmatan seks bukanlah sensasi yang tergantung cara
manusia dalam mendapatkannya. Tetapi ia adalah rizki yang
besar-kecilnya, sepenuhnya ditentukan oleh Allah Ar Razzaq.
[[ Catatan: Kaum hedonis bersikap liar dalam mengelola potensi
kenikmatan seks yang ada di tangan mereka. Mereka berpikir, “Semakin
liar cara kita, semakin excited rasanya. Oh oho, enaknya
berliar-liar ria di dunia seks, menikmati sensasi sesuka hati, bebas,
tanpa kendali apapun. Oooh, hooo, enaknya, serba bebas, puas.”
Begitulah jalan pikiran mereka. Tetapi yakinlah saudaraku, hakikat
nikmat seks itu sepenuh ada di Tangan Allah. Dia akan memberikan sensasi
nikmat tertinggi kepada siapa yang paling baik caranya dalam mengambil
nikmat itu. Lihatlah kaum hedonis itu, apa yang mereka dapatkan setelah
berliar-liar ria dengan segala sensasi seks-nya? Mereka hanya
mendapatkan kecewa, penyesalan, dan sakit hati tak berkesudahan, sampai
akhir hayatnya. Kasihan benar ]].
26. Kehidupan memiliki makna berbeda bagi setiap manusia.
Bagi seorang Muslim, kehidupan laksana perjalanan panjang untuk semakin
memahami Kemurahan Rabb-nya, Allah Azza Wa ‘Ala.
[[ Catatan: Setiap kita telah diberi jatah usia dan rizki, untuk
menjalani hidup ini. Allah Ta’ala telah menunjukkan jalan yang lurus
yang mesti kita lewati; sedangkan syaitan dan hawa nafsu justru
menunjukkan jalur lain yang sesat dari jalan yang lurus. Para penempuh
jalan Allah yang istiqamah sampai akhir hayatnya, semoga kita
mendapatkan karunia ini -amin ya Karim-, mereka bukan saja akan selamat.
Tetapi di titik final itu dia akan jauh lebih memahami Sifat Kemurahan
Rabb-nya, lalu bersyukur kepada-Nya. Nah, itulah titik final yang kita
harapkan. Allahumma amin ]].
itu adalah sekilas hikmah kehidupan yang saya ambil dari BLOG "POJOK LANGIT BIRU"
https://abisyakir.wordpress.com/renungan-hidup/